Hidup ini terlalu singkat untuk dihabiskan dengan teralu serius. Tertawalah! -AsadulMujahidin

Time Traveler

Bandung, 9 Juni 2019.
Jam menunjukan pukul 00.59, entah mengapa aku teringat kepada masa dimana segalanya terasa mudah. ya! masa perkuliahan, masa dimana aku bisa melakukan hal apapun sesuai keiginanku, masa dimana aku dengan mudah menjalankan apa yang menjadi obsesiku. Disanalah aku bertemu dengannya, wanita yang menerobos masuk kepada dinding tebal yang hampir setengah mati aku jaga. memnculukan sebuah perasaan yang beberapa kali aku rasakan, namun perlahan terkalahkan oleh masa.

Bandung, 15 November 2016
Seharusnya hari ini perkuliahan ku sudah berakhir di semester 7 ini, namun aku masih harus ke kampus untuk menyelesaikan laporan pertanggung jawaban Himpunan mahasiswa jurusanku. terpaksa? ya, namun itu sebuah tanggung jawab.
"Sam, Udah kan? gua tunggu sore yah" Aldi ketua himpunanku menagih laporan tersebut.
"Jam  4 gua kasih ke elu yah" jawabku seenaknya, padahal belum tentu aku menyelesaikannya pada jam tersebut.
   entah mengapa hari itu aku merasa malas dalam melakukan banyak hal, aku hanya berdiam diri di kantin, hingga pacarku datang. " kita jadikan sore nonton?" Vania paacarku bertanya, aku memang ada janji dengannya. "iya jadi, nonton apaan?" jawabku. "apa aja yang penting nonton" dia menjawab sambil pergi untuk memesan minuman. otakku tiba-tiba berpikir kerasa sejenak. "kayanya ada sesuatu yang salah deh"
"Jam 4 ya, gua cabut dulu ke kosan nanti lu kabarin gua aja" Aldi berkata sambil pergi sembari mengangkat kedua alisnya. disitulah aku baru teringat. "Astaga! Itu dia" aku setengah teriak. "Apanya yg itu dia?" Vania tiba-tiba muncul dan bertanya. Buyarlah sudah kediamanku di kantin hari itu, aku tanpa sadar meng-iya-kan dua hal yg penting dalam satu waktu.
"Nontonnya bisa malem ga? Jam 8 atau 9 mungkin" tanyaku, "kemaleman sayang, nanti pulang jam berapa? Kasian mamih dirumah cuman berdua sama ade" jawabnya, ya memang dia selalu tidak bisa pulang malam sekali, ada "mamih" yg selalu harus dia jaga, beliau adalah neneknya. "Emang kenapa? Kamu gabisa?" Tanya dia tanpa melihatku, "aku lupa ada kerjaan hari ini" jawabku. "Hah? Bukannya kamu libur? Kebiasaan deh" dia cemberut memprotes. Ya aku selain kuliah, juga bekerja disalah satu coffeeshop ternama disini. "Its not about kedai, its about my report to aldiw" jawabku memelas kepadanya. "Yaudah nanti lagi aja nontonnya, sekarang anter aku pulang aja" pintanya.

Dan begitulah hari itu berakhir, aku mengantarnya lalu mengerjakan dan melaporkan laporanku kepada aldi. Ya, aku memang selalu mengecewakanya. Ini sudah kesekian kalinya aku membatalkan janji dengannya demi hal yang lain. Pun demikian dengan hari ini, aku membuatnya kecewa dan tak ingin berbicara sepanjang perjalanan menuju rumahnya.

"Kamu marah yah?" Tanyaku sesampainya di depan rumahnya, "aku marah, tapi bukan karena kita ga jadi nonton" jawabnya. "Terus kenapa?" Tanyaku lagi. "Kamu sadar enggak sih? Kamu tuh selalu mementingkan orang lain dibanding diri kamu sendiri. Aku ngajak nonton itu buat ngehibur kamu" jelasnya. Vania pun masuk meninggalkanku di depan rumahnya hingga hampir satu jam aku berdiam di tempat itu. Akhirnya aku pergi menemui aldi untuk membuat laporan tersebut.




"WOI!, ngelamun aja lu. Ayok makan" temanku Hilman menegurku. Aku tersadar dari lamunanku tentang masa lalu, masa dimana seseorang bisa marah kepadaku karena peduli.
Di hari ini aku tak sendiri, tapi tak lagi dengan wanita itu. Wanita yang memarahiku karena aku tak peduli dengan diriku sendiri.
Aku hanya tersenyum sendiri, hingga Hilman kembali menegurku, "wah udah gila ini anak, sadar woi! Ayok makan".  Bandung 9 Juni 2019.

0 Comment for "Time Traveler"

Back To Top