Asadul Mujahidin

Hidup ini terlalu singkat untuk dihabiskan dengan teralu serius. Tertawalah! -AsadulMujahidin

J.... V.... B......

J.... V.... B......

Kesempatan itu tak pernah datang lagi

Bahkan untuk sekedar mengintip dan memberi harapan

Semua tentangnya, masih tersimpan jelas didalam memori ingatan

Entah hal yang sama terjadi padanya atau tidak


Manusia ini, banyak memberi pelajaran berharga

Tentang menghargai, menghormati, mengasihi, memaafkan, dan bahkan mengikhlaskan.

Aku yang sekarang, banyak dibentuk olehnya.

Terlebih tentang belajar untuk menerima


Terkadang, aku berifikir mengapa dia begitu teguh tak memberiku kesempatan

atau Tuhan yang sangat keras kepala tak menyatukan kami kembali

dan semesta yang enggan mendukung kami bahagia bersama

Waktu pun seakan menyempurnakan dengan tak bisa diputar


Namun, aku tersadar

Mungkin luka yang kuberikan terlalu lebar sehingga sulit untuk menutupnya

atau Tuhan menyuruhku berbenah terlebih dahulu sebelum mengizinkanku dengannya

dan semesta telah menyiapkan hal yang lebih indah untuk kami

Waktu pun seakan menyuruhku untuk lebih bersabar


Aku memang naif

masih berharap bisa kembali bersama

sudah jelas-jelas dia tak ingin

bahkan sering berkata "sudah, daripada menyesal"

namun aku tersadar, aku akan lebih menyesal jika tak mencobanya sekarang.

selagi masih bernafas, selagi kemungkinan itu ada, akan kucoba

bukankah Tuhan bersama orang-orang yang berusaha?

Semesta selalu memberi petunjuk pada kita, aku tinggal mencarinya

dan waktu....

waktuku masih ada sebelum sebuah cincin disematkan kepadanya oleh pria lain.

TIME TRAVELER "FROM A RANDOM BAR"

TIME TRAVELER "FROM A RANDOM BAR"

From a Random Bar

Bandung, 23 Juni 2019

Siang itu entah kenapa aku merasa hariku baik, perjalanan pagiku tak begitu macet dan bisa terlebih dahulu sarapan nasi kuning dekat kantorku. Belum lagi pekerjaan yang tidak terlalu banyak membuat hari ini hampir sempurna. Hampir? Ya! Karena hari ini belum selesai, bagiku tidak ada yang namanya hari sempurna.
"Sam, besok atau lusa ke jakarta ya! Rino harus ada urusan seminggu ke bandung, lu back up dia dulu" perintah Indra ownerku. Aku bekerja disebuah perusahaan F&B yang berlokasi di Bandung dan Jakarta.
"Seminggu bgt ndra?" Jawabku sembari bertanya, "iya rino soalnya urusan nya seminggu, tapi kalau lebih cepat nanti juga bisa balik lebih cepat" jawabnya.
Begitulah hariku berakhir tidak terlalu sempurna jadinya, karena bagiku pergi ke jakarta bukanlah salah satu favoritku.

Keesokan harinya pagi buta aku berangkat ke jakarta, aku memilih menggunakan bus karena bisa langsung turun di depan tempatku bekerja. Aku memilih duduk di bagian belakang dekat dengan smoking area karena agar dekat jika ingin merokok. Aku turun tidak jauh dari tempatku bekerja, sisa perjalanan aku tempuh dengan berjalan kaki selama 15menit. Setelah 15menit akhirnya aku sampai dan langsung bertemu dengan rino. Aku briefing sebentar dengannya, lalu ia memberikan kunci apartemennya dan mobil untuk tempat tinggalku dan kendaraanku di jakarta. "Gua cabut ya, nitip anak-anak sam! Secepatnya kalau urusan gua beres, gua balik lagi. Daah sam" pamitnya kepadaku. Aku memang ikut terlibat saat pertama tempat ini buka, jadi tidak terlalu sulit untukku beradaptasi.

Jam menunjukan pukul 10.00 malam dan aku memilih pulang lebih dulu dibanding anak-anak yang sedang shifting. Ya memang tugasku disini hanya mengawasi mereka selama rino ada di Bandung. Namun diperjalanan aku melihat sebuah bar yang tidak terlalu besar dan ramai yg menarin perhatianku. "Minum beer dulu kayanya sabi sih" pikirku sembari membelokan mobil ke tempat tersebut. PIBar itu lah nama bar yg aku datangi, aku memilih duduk di bar dan memesan beer favoriteku yakni "Corona".
Tiba-tiba ada seseorang yg menepuk pundakku. "Samudra! Ngapain lu disini?" Tanya seorang wanita yang ternyata mantan pacarku dulu di SMA. "Sidny?ko bisa disini" tanyaku balik. "Kantor gua deket sini, lu lagi ngapain disini? Kerja lagi di jakarta?" Tanyanya lagi. "Lagi ada urusan aja" jawabku lagi. Dan kami mengobrol ringan sebentar karena sama-sama datang sendiri.

"Eh lu masih sama ceweklu yg cemburuan banget ama gua itu kan? Vania kan namanya?" Tanya nya.
"Udh enggak sid, kenap emang?" Jawabku.
"Enggak apa-apa sih, gua kirain lu gaakan pernah putus sama doi. Dia sekarang asdos kan?" Tanya nya lagi.
"Ko lu tau soal dia?" Tanyaku balik.
"Lahh orang gua kenal" jawabnya.
"Ko bisa kenal?" Lagi-lagi aku bertanya, dan dia hanya tersenyum.

Pikiranku langsung terbang ke saat itu, saat dimana aku merasa ada seseorang selain orang tua ku yang sangat menyayangiku, yang rela mengalah dengan egonya, rela menahan sakitnya, dan rela melakukan apapun untuk ku.

Bandung, 14 Oktober 2016.
Hari ini adalah hari ulang tahunku, namun sejak kecil aku tidak pernah merayakan ulang tahunku sehingga aku merasa biasa saja. Namun tiba-tiba pacarku vania datang ke rumahku sembari membawa cheesecake dan sebuah kado.
"Happy birthday! Selamat ulang tahun loh sam, ayo tiup lilinya" ucapnya dihadapanku sambil didampingi kedua orang tua ku.
"Makasih ya" jawabku sambil meniup lilin di kue tersebut.
Lalu ia memberikan kado dan kami mengobrol sedikit. Ini pertama kalinya vania mengobrol agak lama dengan orang tuaku, sebelumnya hanya sebentar saja.
"Kenapa cheesecake?" Tanyaku.
"Tadinya mau coklat, tapi kamu gasuka coklat. Terus kepikiran donut, brownis, sushi, martabak, lotek, burger dan lain-lain. Tapi aku pilih cheesecake aja soalnya kamu suka cheesecake kan? Jawabnya.
"Tau dari mana?" Tanyaku lagi.
"Tau aja hehe" jawabnya yang membuatku tidak puas.
Sore hari ia pulang dari rumahku, ia pulang sendiri karena membawa mobil. Sebelum pulang ia berpamitan dengan orang tua ku dan berkata kepadaku. "Dibuka ya kadonya, jgn diliat harganya!" ucapnya sambil tersenyum manis membuatku ingin segera membuka kadonya.

Setelah ia pulang, aku membuka kado yang ia berikan. Didalamnya ada sepucuk surat yang bagiku itu lebih menarik.

"HAPPY BIRTHDAY SAMUDRA MUHAMMAD HASANUDIN!!!"
Aku tau kamu gak suka surprise atau perayaan semacamnya. Aku tau kamu ga akan peduli dengan kejutan yang aku kasih. Tapi setidaknya berikan kesempatan untuk ku memberikan sesuatu yang mungkin tidak mahal tapi berharga untukmu. Aku sadar bentar lagi juga kamu lupa akan surprise yang tadi hahaha. Semoga kamu suka sama kado nya ya, aku ingin memberi kado yang menurutmu sangat berharga. Its so hard to know what you want and you need. I hope you like it!
J.Vania.Nurrizky

Setelah membaca surat itu aku segera melihat kado yang ia berikan. Ada sebuah jam tangan dan satu album foto dengan kolom notes dibawah setiap fotonya. Sedikit terheran aku karena kenapa harus jam tangan? Kenapa ada album foto? Dan kenapa album itu kosong?.
Segera aku chat pacarku untuk menanyakannya.
"Kenapa kado nya ini?" Tanyaku.
"Kamu kan pinter, masa ga ngerti sih. Udah ah, yang jelas bagi aku itu berharga buat kamu" jawabnya yang membuat aku semakin bingung.


23Juni 2019
"Heh, malah ngelamun!" Sidny menyadarkanku dari kenangan itu.
"Hehe enggak apa-apa. Jawab dulu ih, kenapa lu tau soal dia?" Tanyaku.
"Waktu lu mau ulang tahun, dia dateng ke gua dan nanya-nanya soal lu. Kue apa yang lu suka? Barang apa yang lu suka? Banyak deh pokonya, dari situ kita banyak ngobrol deh. Dia juga nanya ke semua temen-temenlu ko" jelasnya.
Kini aku mengerti kenapa vania dulu tau aku menyukai cheseecake. Tapi mengapa bisa dia menanyakan kepada sidny.
"Tapi ko bisa putus sih sam? Padahal ya pas dia datang ke gua, gua pikir lu sama dia gaakan pernah putus. Secara dia cemburuan banget sama gua dan dia tiba-tiba dateng ke gua hahaha" ucap sidny. Aku pun merasa heran saat ini, mengapa bisa?
"Eh tapi lu tau ga kenapa dia ngasih gua jam tangan dan album foto?" Tanyaku.
"Lu masih belum bisa ngerti? Album fotonya masih kosong?" Tanya sidny.
"Udah gua isi sih, daripada mubazir" jawabku.
"Diisi apaan?"
"Foto gua, foto bareng doi, temen-temen gua, keluarga, banyaklah pokoknya kenangan-kenangan gua" jawabku dan aku pun tersadar akhirnya karena jawabanku sendiri. Sidny hanya tersenyum seakan aku mendapatkan jawabannya.
"Terus kenapa jam?" Tanyaku lagi.
"Kalau itu gua gatau, vania bilang jam tangan bakal bikin lu selalu inget sama dia" jawabnya.
Dan aku kembali tersenyum dengan jawaban itu. Dan kami pun akhirnya berpamitan pulang ke tempat istirahat masing-masing.

Diperjalan aku terus tersenyum akan kado yang vania berikan kepadaku. Sesuatu yang berharga untuk ku yakni kenangan bersama orang terdekatku. Aku tak pernah merasa ingin memiliki suatu barang yang sangat berharga. Bagiku kenangan bersama orang-orang terdekatku lah sesuatu yang berharga. Aku selalu bercerita kepadanya tentang apapun yang aku alami dengan teman,keluarga dan bahkan orang yang aku tidak kenal sekalipun, dan vania selalu mendengarkan. Ia menanyakan kepada orang-orang terdekatku apakah aku sedang menginginkan sesuatu,namun ia tak mendapatkan jawaban karena mereka menjawab berbeda-beda. Tapi Vania sadar bahwa aku tau semua yang mereka inginkan, dan itu cukup membuat mereka sangat berharga untuk ku.
Aku tertawa kecil saat memikirkan jam tanga yang hingga saat ini aku pakai. Dulu aku tak pernah memakai jam tangan, dan pertemuan pertama ku hanya berdua dengan vania adalah saat aku menjemputnya untuk ke kampus, aku membuatnya menunggu lebih dari 30menit karena aku salah melihat jam. Dari situ dia selalu menyuruhku memperhatikan jam atau waktu, dan jam tangan itu sangat berguna.
"Haha dasar Vania" ucapku didalam mobil.
Time Traveler

Time Traveler

Bandung, 9 Juni 2019.
Jam menunjukan pukul 00.59, entah mengapa aku teringat kepada masa dimana segalanya terasa mudah. ya! masa perkuliahan, masa dimana aku bisa melakukan hal apapun sesuai keiginanku, masa dimana aku dengan mudah menjalankan apa yang menjadi obsesiku. Disanalah aku bertemu dengannya, wanita yang menerobos masuk kepada dinding tebal yang hampir setengah mati aku jaga. memnculukan sebuah perasaan yang beberapa kali aku rasakan, namun perlahan terkalahkan oleh masa.

Bandung, 15 November 2016
Seharusnya hari ini perkuliahan ku sudah berakhir di semester 7 ini, namun aku masih harus ke kampus untuk menyelesaikan laporan pertanggung jawaban Himpunan mahasiswa jurusanku. terpaksa? ya, namun itu sebuah tanggung jawab.
"Sam, Udah kan? gua tunggu sore yah" Aldi ketua himpunanku menagih laporan tersebut.
"Jam  4 gua kasih ke elu yah" jawabku seenaknya, padahal belum tentu aku menyelesaikannya pada jam tersebut.
   entah mengapa hari itu aku merasa malas dalam melakukan banyak hal, aku hanya berdiam diri di kantin, hingga pacarku datang. " kita jadikan sore nonton?" Vania paacarku bertanya, aku memang ada janji dengannya. "iya jadi, nonton apaan?" jawabku. "apa aja yang penting nonton" dia menjawab sambil pergi untuk memesan minuman. otakku tiba-tiba berpikir kerasa sejenak. "kayanya ada sesuatu yang salah deh"
"Jam 4 ya, gua cabut dulu ke kosan nanti lu kabarin gua aja" Aldi berkata sambil pergi sembari mengangkat kedua alisnya. disitulah aku baru teringat. "Astaga! Itu dia" aku setengah teriak. "Apanya yg itu dia?" Vania tiba-tiba muncul dan bertanya. Buyarlah sudah kediamanku di kantin hari itu, aku tanpa sadar meng-iya-kan dua hal yg penting dalam satu waktu.
"Nontonnya bisa malem ga? Jam 8 atau 9 mungkin" tanyaku, "kemaleman sayang, nanti pulang jam berapa? Kasian mamih dirumah cuman berdua sama ade" jawabnya, ya memang dia selalu tidak bisa pulang malam sekali, ada "mamih" yg selalu harus dia jaga, beliau adalah neneknya. "Emang kenapa? Kamu gabisa?" Tanya dia tanpa melihatku, "aku lupa ada kerjaan hari ini" jawabku. "Hah? Bukannya kamu libur? Kebiasaan deh" dia cemberut memprotes. Ya aku selain kuliah, juga bekerja disalah satu coffeeshop ternama disini. "Its not about kedai, its about my report to aldiw" jawabku memelas kepadanya. "Yaudah nanti lagi aja nontonnya, sekarang anter aku pulang aja" pintanya.

Dan begitulah hari itu berakhir, aku mengantarnya lalu mengerjakan dan melaporkan laporanku kepada aldi. Ya, aku memang selalu mengecewakanya. Ini sudah kesekian kalinya aku membatalkan janji dengannya demi hal yang lain. Pun demikian dengan hari ini, aku membuatnya kecewa dan tak ingin berbicara sepanjang perjalanan menuju rumahnya.

"Kamu marah yah?" Tanyaku sesampainya di depan rumahnya, "aku marah, tapi bukan karena kita ga jadi nonton" jawabnya. "Terus kenapa?" Tanyaku lagi. "Kamu sadar enggak sih? Kamu tuh selalu mementingkan orang lain dibanding diri kamu sendiri. Aku ngajak nonton itu buat ngehibur kamu" jelasnya. Vania pun masuk meninggalkanku di depan rumahnya hingga hampir satu jam aku berdiam di tempat itu. Akhirnya aku pergi menemui aldi untuk membuat laporan tersebut.




"WOI!, ngelamun aja lu. Ayok makan" temanku Hilman menegurku. Aku tersadar dari lamunanku tentang masa lalu, masa dimana seseorang bisa marah kepadaku karena peduli.
Di hari ini aku tak sendiri, tapi tak lagi dengan wanita itu. Wanita yang memarahiku karena aku tak peduli dengan diriku sendiri.
Aku hanya tersenyum sendiri, hingga Hilman kembali menegurku, "wah udah gila ini anak, sadar woi! Ayok makan".  Bandung 9 Juni 2019.

Back To Top